MAKALAH
KEPERAWATAN
JIWA
“PENYALAH
GUNAAN DAN KETERGANTUNGAN NAPZA”
Di susun oleh
Anggi
Rizky Wulandari
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
TAHUN AJARAN 2013
LAPORAN PENDAHULUAN
A.
Pengertian
NAPZA adalah singkatan
dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainya. NAPZA berupa zat
bila masuk kedalam tubuh , dapat mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf
pusat yang dapat menyebabkan gangguan fisik, psikis dan fungsi social. Istilah
lainya NAPZA narkoba, singkatan dari narkotik dan obat berbahaya. Narkotika
lebih dulu populer di tengah masyarakat.
Ketergantungan
fisik adalah suatu keadaan bila pasien mengurangi atau menghentikan penggunaan
NAPZA yang biasa di gunakan , akan mengalami gejala putus zat, seperti nyeri
dan sulit tidur. Selain itu, pasien mengalami efek toleransi terhadap zat yaitu
suatu keadaan bila pasien memperoleh
efek zat seperti semula ,ia memerlukan jumlah (dosis) yang semakin lama
semakin banyak.
Ketergantugan
psikologis adalah suatu keadaan bila apsien sudah berhenti menggunakan NAPZA
dalam waktu singkat atau lama, akan mengalami kerinduan yang kuat sekali utnuk
menggunakanya kembali. Pasien akan mencari-cari dan menggunakan segala cara
untuk mendapatkan NAPZA tersebut, walaupun tidak mengalami gejala putus zat
atau sedang di bawah tekanan sesorang.
NAPZA
terdiri atas opiate, ganja, kokain,
sedative hipnotik, amfetamin, halusinogen, alcohol, inhalansia, nikoin, dan
kafein. Jenis NAPZA yang mejadi maslah diindonesia adalah opait (misalnya
heroin atau putau), ganja (cimeng,gelek), sedative hipnotik (benzodiazepine,
misalnya lexo, pil BK), alcohol( minuman keras, misalnya whisky,arak), dan
amfetamin (misalnya, ekstasi dan shabu-shabu).
B.
Faktor
Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA
terjadi karena tiga factor yang saling mempengaruhi yaitu :
1. Faktor
internal
a. Faktor
Kepribadian
Kepribadian seseorang turut
berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih cenderung terjadi pada usia remaja.
Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan
harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh
ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif,
agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan
untuk memecahkan masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah
mencari pemecahan masalah dengan cara melarikan diri.
b. Inteligensia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
inteligensia pecandu yang dating untuk melakukan konseling di klinik
rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-rata dari kelompok
usianya.
c. Usia
Mayoritas pecandu narkoba adalah
remaja. Alasan remaja menggunakan narkoba karena kondisi sosial, psikologis
yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelabilan emosi; sementara pada
usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang.
d. Dorongan
Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu
Narkoba dapat memberikan kenikmatan
yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan
ingin tahu atau ingin merasakan seperti yang diceritakan oleh teman-teman
sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama.
e. Pemecahan
Masalah
Pada umumnya para pecandu narkoba
menggunakan narkoba untuk menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena
pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada
permasalahan yang ada.
2. Factor
eksternal
a. Keluarga
Keluarga merupakan faktor yang
paling sering menjadi penyebab menjadi pengguna narkoba. Terdapat beberapa tipe
keluarga yang berisiko tinggi anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan
narkoba, yaitu:
1) Keluarga
yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan narkoba.
2) Keluarga
dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak
konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang
tidak).
3) Keluarga
dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang
memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan
ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
4) Keluarga
dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran orang tua sangat dominan,
dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua dengan alasan
sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri
tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya.
5) Keluarga
yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai
kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.
6) Keluarga
yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang kurang
kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
b. Faktor
Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Kelompok teman sebaya dapat
menimbulkan tekanan kelompok, yaitu
cara teman-teman atau orang-orang
seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Peer
group terlibat lebih banyak dalam delinquent dan penggunaan obat-obatan. Dapat
dikatakan bahwa faktor-faktor sosial tersebut memiliki dampak yang berarti
kepada keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian
mengakibatkan timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis.
c. Faktor
Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan
memperolehnya juga dapat disebut
sebagai pemicu seseorang menjadi
pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba internasional,
menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa
melaporkan bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di
sekolah-sekolah, termasuk di Sekolah Dasar. Pengalaman feel good saat mencoba
drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan
akhirnya menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu karena disebabkan
oleh beberapa faktor sekaligus atau secara bersamaan. Karena ada juga faktor
yang muncul secara beruntun akibat dari satu factor tertentu.
C.
Rentan
gannggaun pengguaan NAPZA
1. Eksperimental
Pengguna
taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. klien biasanya ingin
mencari pengalaman yang baru atau coba-coba.
2. Rekreasional
Penggunaan
waktu berkumpul dengan teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam
mingguan, acara ulang tahun. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama
teman- temannya.
3. Situasional
Mempunyai
tujuan individual, merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali
penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang
dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang mempunyai masalah,
stres, dan frustasi.
4. Penyalahgunaan:
Penggunaan
zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal
selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam
peran di lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
5. Ketergantungan
Penggunaan
zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis.
Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat
(suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin
pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai,
sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan).
toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis
(jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.
D.
Tanda
dan gejala
Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut
intoksitasi. Selain intoksitasi, terdapat pula sindroma putus asa, yaitu
sekumpulan gejala yang timbul akibat penggunaan zat yang dikurangi atau
dihentikan. Tanda dan gejala intoksikasi dan putus zat berbeda pada jenis zat
yang berbeda.
Opiat
|
Ganja
|
Sedative
hipnotik
|
Alcohol
|
Amfetamin
|
Tanda dan
gelaja intoksikasi
|
||||
1. Eforia
2. Mengatuk
3. Berbicara
kadel
4. Konstipasi
5. Penurunan
kesadaran
|
1. Eforia
2. Mata
merah
3. Mulut
kering
4. Banyak
bicara dan tertawa
5. Nafsu
makan meningkat
6. Gangguan
persepsi
|
1. Pengendalian
diri berkurang
2. Jalan
sempoyang
3. Mengatuk
4. Memperpanjang
tidur
5. Hilang
kedaran
|
1. Mata
merah
2. Bicara
kadel
3. Jalan
sempoyangan
4. Perubahan
persepsi
5. Penueruna
kemampuan menilai
|
1. Selalu
terdorong untuk mendekat
2. Berkeringat
3. Bergetar
4. Cemas
5. Depresi
6. Paranoid
|
Tanda dan
gejala putus zat
|
||||
1. Nyeri
2. Mata
dan hidung berairperasaan pans dingin
3. Diare
4. Gelisah
5. Sulit
tidur
|
1. Jrang
dikemukan
|
1. Cemas
2. Tangan
gemetar
3. Perubahan
persepsi
4. Gangguan
daya ingat
5. Sulit
tidur
|
1. Cemas
2. Depresi
3. Muka
merah
4. Mudah
marah
5. Tangan
gemetaran
6. Mula
muntah
7. Sulit
tidur
|
1. Cemas
2. Depresi
3. Kelelahan
4. Energy
berkurang
5. Kebutuhan
tidur meningkat
|
Penyalahgunaan dan ketergantugan
NAPZA dapat merugukan atau membayahayakan kesehatan, fungsi social, pendidikan
atau pekerjaan, ekonomi (keuangan), dan hokum.
1. Opiat
Ketergantuagn
heroin atau putau dapat mengakibatkan timbulnya peilaku manipulative,
misalnya,sering bohong dan mencuri. Perilaku yang manipulative desebabkan
karena sugesti, yaitu keinginan yang kuat sekali untuk menggunakan putau
kembali. Adanya sugesti ini membuat pasien tidak mampu mengendalaikan diri
untuk mencari dam mendapat puatu, bahkan dengan cara memanipulasi orang lain.
Heoin atau putau sering digunakan dengan jarum suntik, sehingga berbahaya untuk
penularan penyakit Hepatitis C dan HIV-AIDS. Zat ini juga mnegakibatkan
kematian karena overdosis.
2. Ganja
Penggunaan
ganja dapat mengakibatkan gangguan persepsi, sinestesia, dan sindrom
amotivasiaonal. Pada gangguan persepsi misalnya, sepuluh menit dirasakan satu
jam dan jarak 10 meter dipersepsikan sebagai jarak 100 meter. Hal ini
membahayakan pasien jika pasien membawa kendaraan bermotor. Pada sinestesia,
misalnya saat pasien mendengar music paien melihat warna-warna cemerrlang
disekitar yang membuat pasien merasa leboh menikmati suaa musik. Sindrom
motivasional yaitu sekumpulan gajala yang timbul karena sudah lama menggunakan
ganja dalam jumlah yang banyak. Gejala adalah penurunan kemampuan membaca,
berbicara, dan berhitung ; kemampuan bergaul terlambat; menghindari persoalan
bukan menyelasaikannya; gerak anggota badan lambat; perhatian terhadap
lingkungan berkurang sampai tidak bereaksi ketika dipanggil; mudah percaya
mistik; kurang semgat bersaing; kurang memikirkan masa depan. Penggunaan ganja
diisap seperti rokok. Tanaman ganja yang sudah dirajang dan dikeringkan,
kemudian dilinting seperti tebakau. Zat ini dapat mengakibatkan penyakit paru.
3. Sedatif
hipnotik
Sedative
hipnotik yang diminum berupa tablet jenis barbiturate dan benzodiazepine.
Benzodiazepine lebih sering disalahgunakan daripada barbiturate. Penyalahgunaan
sedative ( sejenis oba penenang ) dan hipnotik ( sejenis obat tidur) dapat
membuat hilangnya kesadaran dan kurangnya pengendalian diri yang mengakibatkan
terjadinya perkelahian dan tindakan kejahatan seperti menipu, mencuri, merampok
sampai membunuh. Hal ini dapat meresahkan masyarakat. Perubahan perilalu
lainnya yang terjadi adalah pasien bersikap lebih kasar dibandigkan sebelumnya,
pola tidur berubah, sering tidak menyelesaikan tugas, membolos, sehingga prestasi
sekolah meurun bahkan sampai dikeluarakan dari sekolah.
4. Alkohol
Peminum
berat alcohol dapat mengakibatkan terjadinga gangguan pada lambung, penyakit
hati, penyakit jantung, ganggaun susunan syaraf, dan kemunduran daya ingat.
Pasien mabuk mengalami perubahan persepsi, koordinasi, dan peurunan kemampuan
menilai. Berbahaya bila pasien mengedarai kendaraan bermotor karenanya sering
mengakibatkan kecelakaan.
5. Amfetamin
Amfetamin terdiri atas MDMA ( methylene dioxy
methamphetamine )dan meh-amfetamin. MDMA atau ekstasi, contohnya ineks
berbentuk table atau pil yang diminum. Meth-amfetamin contonya dhabu-shabu,
berbentuk Kristal yang menggunakan dengan cara dibakar, meggunakan kertas
aluminium foil, atau dibakar menggunakn botol kaca yang dirancang khusus
disebut bong. Setelah dibakar, asapnya diispa. Pnyalahgunaan amfetamin dapat
menimbulkan gangguan pada jantung, pernapasan, depresi, dan paranoid. Paranoid
adlah perasaan tidak aman, terancam, dan curiga yang dapat mengakibatkan
timbulnya kekerasan pada diri sendiri atau orang lain. Contoh pasien yang
merasa akan ditangkap akan menyerang orang lain yang dianggap sebagai ancaman.
Penggunaan amfetami dosis tinggi dapat mengkibatkan kematian. Hal ini disebabkan
oleh rangsangan berlebihan pada susuna syaraf pusat.
Dampak
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA
|
|
Jenis
zat
|
Akibat
|
Heroin/putau
|
Manipulative
Hepatitis
C
HIV-AIDS
Overdosis
|
Ganja
|
Gangguan
persepsi
Sinestesia
Sindrom
amotivasional
Penyakit
paru-paru
|
Benzodiazepine
|
Perkelahian
Tindak
kejahatan
|
Alcohol
|
Kecelakaan
Indak
kejahatan
Gangguan
lambung
Penyakit
hati
|
Ekstasi/shabu-shabu
|
Penyakit
jantung
Paranoid
kematian
|
E.
Dampak
penyalahgunaan nafza
1.
Bagi diri sendiri
Penyalahgunaan
NAPZA dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak dan perkembangan moral
pemakainya, intoksikasi (keracunan), overdosis (OD), yang dapat menyebabkan
kematian karena terhentinya pernapasan dan perdarahan otak, kekambuhan,
gangguan perilaku (mental sosial), gangguan kesehatan, menurunnya nilai-nilai,
dan masalah ekonomi dan hukum. Sementara itu, dari segi efek dan dampak yang
ditimbulkan pada para pemakai narkoba dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
golongan/jenis: 1) Upper yaitu jenis narkoba yang membuat si pemakai menjadi
aktif seperti sabu-sabu, ekstasi dan amfetamin, 2) Downer yang merupakan
golongan narkoba yang dapat membuat orang yang memakai jenis narkoba itu jadi
tenang dengan sifatnya yang menenangkan/sedatif seperti obat tidur (hipnotik) dan
obat anti rasa cemas, dan 3) Halusinogen adalah napza yang beracun karena lebih
menonjol sifat racunnya dibandingkan dengan kegunaan medis.
2. Bagi
keluarga
Penyalahgunaan NAPZA dalam keluarga
dapat mengakibatkan suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu. Dimana
orang tua akan merasa malu karena memilki anak pecandu, merasa bersalah, dan
berusaha menutupi perbuatan anak mereka. Stres keluarga meningkat, merasa putus
asa karena pengeluaran yang meningkat akibat pemakaian narkoba ataupun melihat
anak yang harus berulangkali dirawat atau bahkan menjadi penghuni di rumah
tahanan maupun lembaga pemasyarakatan.
3. Bagi
pendidikan atau sekolah
NAPZA akan merusak disiplin dan motivasi
yang sangat tinggi untuk proses belajar. Penyalahgunaan NAPZA berhubungan
dengan kejahatan dan perilaku asosial lain yang menganggu suasana tertib dan
aman, rusaknya barang-barang sekolah dan meningkatnya perkelahian.
4. Bagi
masyarakat, bangsa, dan Negara
Penyalahgunaan NAPZA mengakibatkan
terciptanya hubungan pengedar narkoba dengan korbannya sehingga terbentuk pasar
gelap perdagangan NAPZA yang sangat sulit diputuskan mata rantainya. Masyarakat
yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan dan kesinambungan pembangunan
terancam. Akibatnya negara mengalami kerugian karena masyarakatnya tidak produktif,
kejahatan meningkat serta sarana dan prasarana yang harus disediakan untuk
mengatasi masalah tersebut.
F.
Pengobatan
dan pemulihan
Penyalahgunan NAPZA dilakukan mulai
dari pencegahan, pengobatan sampai pemulihan. Pencegahan dapat dilakukan,
misalnya dengan :
1. Memberikan
informasi an pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
2. Deteksi
dini perubahan perilaku.
3. Menolak
tugas untuk mencoba say no to drug atau katakan tidak pada narkoba.
Terapi
pengobatan bagi pasien NAPZA salah
satunya dengan detoktisofikasi. Dektoksifikasi adalah upaya mengurai atau
menghentikan gejala putus zat dengan dua cara antara lain :
1. Detoksifikasi
tanpa subsitusi. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut
berhenti sendiri.
2. Detoksifikasi
dengan substitusi. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Putau atau heroin dapat
disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan
metadon. Detoksifikasi hanya membantu menghilangkan ketergantugan fisik dan
beukan psikologis, sehingga harus dilanjutkan dengan upaya pemulihan.
Pemulihan
adalah upaya untuk meningatkan motivasi pasien untuk berhenti, mengontrol
keinginan untuk pakai lagi, memperbaiki cara menyelesaikan masalah, dan
mengubah hidup menjadi lebih sehat. Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan, mungkin
jangka endek atau panjang sesuai dengan kebutuhan pasien. Jangka pendek (mis, 3
bulan) dan jangka panjang (mis, 2 tahun atau seumuran hidup). Terdapat
macam-macam bentuk pemulihan, antar lain :
1. Terapi
keagamaan, yaitu terapi yang dilakukan oleh masyarakat dengan pendekatan
keagamaan.
2. Terapi
psikososial, misalnya konseling, psikoterapi, terapi kognitif dan perilaku,
terapi kelompok, terapi keluarga, dan terapi lingkungan lingkungan. Terapi
psikologi ini sudah mulai diberikan sejak pengobatan atau detoksifikasi.
3. Terapi
komunitas, yaitu terapi yang dilakukan oleh sekelompok konselor yang berasal
dari pecandu yang sudah berhenti menggunakan putau atau heroin.
G.
Pengkajian
dan diagnosa keperawatan
Data yang perlu dikaji adalah :
1. Pasien
menggunakan NAPZA
2. Jenis
NAPZA yang digunakan satu atau lebih
3. Gejala
intoksikasi atau putus zat
4. Penyebab
menggunakan NAPZA
5. Motivasi
berhenti
6. Usaha
berhenti berulang kali
7. Waktu
paling lama tidak menggunakan NAPZA
8. Pasien
mengatakan tidak mampu mengatasi ketergantungannya
Diagnosa keperawatan untuk pasien ini adalah Koping individu tidak efektif : belum mampu
mengatasi keinginan menggunakan zat.
Tindakan Keperawatan
Tujuan
tindakan keperawatan untuk pasien :
1. Pasien
dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat.
2. Pasien
dapat mengenali dampak penggunaan zat.
3. Pasien
dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan zat.
4. Pasien
dapat mengontrol keinginan untuk menggunakan zat.
5. Pasien
dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah.
6. Pasien
dapat mengubah gaya hidup.
7. Pasien
dapat menggunakan terapi psikofarmaka secara tepat dan benar.
Tindakan yang dilakukan
:
1. Diskusikan
bersama pasien tentang dampak penggunaan zat terhadap
a. Kesehatan
: tanda dan gejala intoksikasi dan penyakit fisik
b. Sosial
atau hubungan dengan orang lain (pergaulan)
c. Pendidikan
atau pekerjaan
d. Ekonomi
atau keuangan
e. Hukum
2. Diskusikan
kehidupan pasien sebelum menggunakan zat, kemudian harapan pasien untuk
kehidupan sekarang dan masa yang akan datang setelah pasien mengetahui
dampaknya.
3. Diskusikan
cara meningkatkan motivasi untuk berhenti :
a. Hal-hal
positif yang masih dipunyai pasien (kesehatan / pergaulan / pendidikan
/pekerjaan / ekonomi / hukum ), misalnya pasien masih kuat secara fisik , tidak
ada komplikasi penyakit akibat penggunaan zat.
b. Latih
pasien untuk mensyukuri keadaan nya tersebut.
1) Sebutkan
lebih sering hal-hal yang patut disyukuri (latihan afirmasi)
2) Sebutkan
berulang-ulang keinginan untuk berhenti (latihan afirmasi)
4. Diskusikan
cara mengontrol keinginan menggunakan zat dengan cara :
a. Menghindar
( misal : tidak pergi ke tempat-tempat yang ada pengedar , tidak melewati
tempat yang mempunyai kenangan saat masih menggunakan zat, tidak bergabung atau
bergaul dengan pengguna )
b. Mengalihkan
( misal : menyibukka diri dengan aktivitas yang padat dan menyenangkan )
c. Menolak
( misal : mengatakan tidak, walaupun ditawarkan gratis dan tetap mengatakan
tidak, walaupun sekali saja )
d. Latih
pasien mengontrol keinginan menggunakan zat :
1) Menghindar
2) Mengalihkan
3) Menolak
5. Diskusikan
cara menyelesaikan masalah yang sehat
a. Mengenali
cara pasien menyelesaikan masalah selama ini, misalnya segera menggunakan zat
bila ada masalah.
b. Untung
– rugi penggunaan cara tersebut.
c. Tawarkan
cara yang sehat untuk menyelesaikan masalah.
1) Secara
verbal : jika pasien sering dicurigai dan dituduh menggunakan NAPZA oleh orang
tua, pasien mengungkapkan kekecewaannya karena belum dipercaya oleh keluarga.
Bicarakan dengan orang tua bahwa sikap tidak memercayai itu dapat menimbulkan
kekesalan pada pasien dan dapat menimbulkan sugesti. Katakan hal-hal yang
diharapkan terhadap orag lain secara jujur dan terbuka, sepakati dengan orang
tua kalau pasien akan mengatakan secara jujur pada keluarga jika pasien
ternyata tidak menggunakan NAPZA lagi, dan keluarga akan membantu pasien untuk
berobat.
2) Secara
fisik : isi waktu luang untuk diri pasien sendiri dengan jalan-jalan ,
melakukan aktivitas untuk menyalurkan kekesalan, seperti olahraga , relaksasi
atau kegiatan lain yang disukai pasien.
3) Secara
sosial : cari bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah.
4) Secara
spiritual : mengadukan masalah kepada Tuhan dan menyakini bahwa akan ada
bantuan dari-Nya.
d. Latih
pasien menggunakan cara tersebut dengan mengenali situasi yang beresiko tinggi,
seperti kondisi emosi negatif ( contoh , bertengkar karena dilarang keluar
rumah atau dituduh mencuri ), tekanan sosial ( contoh, dipaksa sebagai syarat
bergabung dengan kelompok tertentu ), tidak menggunakan zat untuk menyelesaikan
masalah,tetapi menggunakan cara yang sehat.
6. Diskusikan
gaya hidup yang sehat
a. Makan
dan buang air secara teratur
b. Bekerja
dan tidur secara teratur
c. Menjaga
kebersihan diri
d. Latih
pasien mengubah gaya hidup
1) Tentukan
aktivitas sehari-hari dan hobi
2) Buat
jadwal aktivitas
3) Tentukan
pelaksanaan jadwal tersebut
7. Latih
pasien minum obat sesuai terapi dokter dan tekankan prinsip benar dosis obat.
Tujuan tindakan
keperawatan untuk keluarga :
1. Keluarga
dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya berhenti menggunakan
NAPZA.
2. Keluarga
dapat meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti.
3. Keluarga
dapat menjelaskan cara merawat pasien NAPZA.
4. Keluarga
dapat mengindentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk.
Tindakan keperawatan untuk keluarga :
1. Diskusikan
tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat pasien.
2. Diskusikan
bersama keluarga tentang
a. Penyalahgunaan
/ ketergantungan zat ( tanda,gejala,penyebab,akibat )
b. Tahapan
penyembuhan pasien ( pencegahan,pengobatan,dan pemulihan)
3. Diskusikan
kondisi pasien yang perlu segera dirujuk, seperti :
a. Intoksikasi
berat, misalnya penurunan kesadaran, jalan sempoyongan, penglihatan ( pesepsi )
terganggu, kehilangan pengendalian diri, curiga berlebihan, melakukan kekerasan
sampai menyerang orang lain.
b. Gejala
putus zat, misalnya nyeri, mual sampai muntah, diare, sulit tidur, gelisah,
tangan gemetar, cemas berlebihan, depresi ( murung berkepanjangan ).
4. Diskusikan
dan latih keluarga cara merawat pasien NAPZA.
a. Anjurkan
keluarga meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti atau hindari sikap – sikap
yang dapat mendorong pasien menjadi pemakai lagi ( misalnya, menuduh pasien
sembarang atau terus menerus mencurigai pasien pakai lagi )
b. Ajarkan
keluarga mengenal ciri-ciri pasien pakai lagi ( misalnya, memaksa minta uang,
ketahuan berbohong, ada tanda dan gejala intoksikasi )
c. Ajarkan
keluarga membantu pasien : menghindar atau mengalihkan perhatian dari keinganan
untuk pakai lagi.
d. Anjurkan
keluarga memberi pujian bila pasien dapat berhenti walaupun 1 hari, i minggu
atau 1 bulan.
e. Anjurkan
keluarga mengawasi pasien minum obat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar