Minggu, 09 Juni 2013

laporan pendahuluan


MAKALAH
KEPERAWATAN JIWA
“PENYALAH GUNAAN DAN KETERGANTUNGAN NAPZA”

Di susun oleh
Anggi Rizky Wulandari

PRODI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
TAHUN AJARAN 2013

LAPORAN PENDAHULUAN

A.    Pengertian
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainya. NAPZA berupa zat bila masuk kedalam tubuh , dapat mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan fisik, psikis dan fungsi social. Istilah lainya NAPZA narkoba, singkatan dari narkotik dan obat berbahaya. Narkotika lebih dulu populer di tengah masyarakat.
Ketergantungan fisik adalah suatu keadaan bila pasien mengurangi atau menghentikan penggunaan NAPZA yang biasa di gunakan , akan mengalami gejala putus zat, seperti nyeri dan sulit tidur. Selain itu, pasien mengalami efek toleransi terhadap zat yaitu suatu keadaan bila pasien memperoleh  efek zat seperti semula ,ia memerlukan jumlah (dosis) yang semakin lama semakin banyak.
Ketergantugan psikologis adalah suatu keadaan bila apsien sudah berhenti menggunakan NAPZA dalam waktu singkat atau lama, akan mengalami kerinduan yang kuat sekali utnuk menggunakanya kembali. Pasien akan mencari-cari dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan NAPZA tersebut, walaupun tidak mengalami gejala putus zat atau sedang di bawah tekanan sesorang.
NAPZA terdiri  atas opiate, ganja, kokain, sedative hipnotik, amfetamin, halusinogen, alcohol, inhalansia, nikoin, dan kafein. Jenis NAPZA yang mejadi maslah diindonesia adalah opait (misalnya heroin atau putau), ganja (cimeng,gelek), sedative hipnotik (benzodiazepine, misalnya lexo, pil BK), alcohol( minuman keras, misalnya whisky,arak), dan amfetamin (misalnya, ekstasi dan shabu-shabu).

B.     Faktor
Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA terjadi karena tiga factor yang saling mempengaruhi yaitu :
1.      Faktor internal
a.       Faktor Kepribadian
Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan cara melarikan diri.



b.      Inteligensia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang dating untuk melakukan konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-rata dari kelompok usianya.
c.       Usia
Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja menggunakan narkoba karena kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelabilan emosi; sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang.
d.      Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu
Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin merasakan seperti yang diceritakan oleh teman-teman sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama.
e.       Pemecahan Masalah
Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada permasalahan yang ada.

2.      Factor eksternal
a.       Keluarga
Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab menjadi pengguna narkoba. Terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu:
1)      Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan narkoba.
2)      Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
3)      Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
4)      Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran orang tua sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya.
5)      Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.
6)      Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
b.      Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu
cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Peer group terlibat lebih banyak dalam delinquent dan penggunaan obat-obatan. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor sosial tersebut memiliki dampak yang berarti kepada keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian mengakibatkan timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis.
c.       Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut
sebagai pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba internasional, menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melaporkan bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk di Sekolah Dasar. Pengalaman feel good saat mencoba drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan akhirnya menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu karena disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus atau secara bersamaan. Karena ada juga faktor yang muncul secara beruntun akibat dari satu factor tertentu.
C.    Rentan gannggaun pengguaan NAPZA
1.      Eksperimental
Pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. klien biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau coba-coba.
2.      Rekreasional
Penggunaan waktu berkumpul dengan teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama teman- temannya.
3.      Situasional
Mempunyai tujuan individual, merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang mempunyai masalah, stres, dan frustasi.
4.      Penyalahgunaan:
Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
5.      Ketergantungan
Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan). toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.

D.    Tanda dan gejala
Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut intoksitasi. Selain intoksitasi, terdapat pula sindroma putus asa, yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat penggunaan zat yang dikurangi atau dihentikan. Tanda dan gejala intoksikasi dan putus zat berbeda pada jenis zat yang berbeda.

Opiat
Ganja
Sedative hipnotik
Alcohol
Amfetamin
Tanda dan gelaja intoksikasi
1.      Eforia
2.      Mengatuk
3.      Berbicara kadel
4.      Konstipasi
5.      Penurunan kesadaran
1.      Eforia
2.      Mata merah
3.      Mulut kering
4.      Banyak bicara dan tertawa
5.      Nafsu makan meningkat
6.      Gangguan persepsi
1.      Pengendalian diri berkurang
2.      Jalan sempoyang
3.      Mengatuk
4.      Memperpanjang tidur
5.      Hilang kedaran

1.      Mata merah
2.      Bicara kadel
3.      Jalan sempoyangan
4.      Perubahan persepsi
5.      Penueruna kemampuan menilai
1.      Selalu terdorong untuk mendekat
2.      Berkeringat
3.      Bergetar
4.      Cemas
5.      Depresi
6.      Paranoid
Tanda dan gejala putus zat
1.      Nyeri
2.      Mata dan hidung berairperasaan pans dingin
3.      Diare
4.      Gelisah
5.      Sulit tidur
1.      Jrang dikemukan
1.      Cemas
2.      Tangan gemetar
3.      Perubahan persepsi
4.      Gangguan daya ingat
5.      Sulit tidur
1.      Cemas
2.      Depresi
3.      Muka merah
4.      Mudah marah
5.      Tangan gemetaran
6.      Mula muntah
7.      Sulit tidur
1.      Cemas
2.      Depresi
3.      Kelelahan
4.      Energy berkurang
5.      Kebutuhan tidur meningkat

Penyalahgunaan dan ketergantugan NAPZA dapat merugukan atau membayahayakan kesehatan, fungsi social, pendidikan atau pekerjaan, ekonomi (keuangan), dan hokum.

1.      Opiat
Ketergantuagn heroin atau putau dapat mengakibatkan timbulnya peilaku manipulative, misalnya,sering bohong dan mencuri. Perilaku yang manipulative desebabkan karena sugesti, yaitu keinginan yang kuat sekali untuk menggunakan putau kembali. Adanya sugesti ini membuat pasien tidak mampu mengendalaikan diri untuk mencari dam mendapat puatu, bahkan dengan cara memanipulasi orang lain. Heoin atau putau sering digunakan dengan jarum suntik, sehingga berbahaya untuk penularan penyakit Hepatitis C dan HIV-AIDS. Zat ini juga mnegakibatkan kematian karena overdosis.

2.      Ganja
Penggunaan ganja dapat mengakibatkan gangguan persepsi, sinestesia, dan sindrom amotivasiaonal. Pada gangguan persepsi misalnya, sepuluh menit dirasakan satu jam dan jarak 10 meter dipersepsikan sebagai jarak 100 meter. Hal ini membahayakan pasien jika pasien membawa kendaraan bermotor. Pada sinestesia, misalnya saat pasien mendengar music paien melihat warna-warna cemerrlang disekitar yang membuat pasien merasa leboh menikmati suaa musik. Sindrom motivasional yaitu sekumpulan gajala yang timbul karena sudah lama menggunakan ganja dalam jumlah yang banyak. Gejala adalah penurunan kemampuan membaca, berbicara, dan berhitung ; kemampuan bergaul terlambat; menghindari persoalan bukan menyelasaikannya; gerak anggota badan lambat; perhatian terhadap lingkungan berkurang sampai tidak bereaksi ketika dipanggil; mudah percaya mistik; kurang semgat bersaing; kurang memikirkan masa depan. Penggunaan ganja diisap seperti rokok. Tanaman ganja yang sudah dirajang dan dikeringkan, kemudian dilinting seperti tebakau. Zat ini dapat mengakibatkan penyakit paru.

3.      Sedatif hipnotik
Sedative hipnotik yang diminum berupa tablet jenis barbiturate dan benzodiazepine. Benzodiazepine lebih sering disalahgunakan daripada barbiturate. Penyalahgunaan sedative ( sejenis oba penenang ) dan hipnotik ( sejenis obat tidur) dapat membuat hilangnya kesadaran dan kurangnya pengendalian diri yang mengakibatkan terjadinya perkelahian dan tindakan kejahatan seperti menipu, mencuri, merampok sampai membunuh. Hal ini dapat meresahkan masyarakat. Perubahan perilalu lainnya yang terjadi adalah pasien bersikap lebih kasar dibandigkan sebelumnya, pola tidur berubah, sering tidak menyelesaikan tugas, membolos, sehingga prestasi sekolah meurun bahkan sampai dikeluarakan dari sekolah.

4.      Alkohol
Peminum berat alcohol dapat mengakibatkan terjadinga gangguan pada lambung, penyakit hati, penyakit jantung, ganggaun susunan syaraf, dan kemunduran daya ingat. Pasien mabuk mengalami perubahan persepsi, koordinasi, dan peurunan kemampuan menilai. Berbahaya bila pasien mengedarai kendaraan bermotor karenanya sering mengakibatkan kecelakaan.

5.      Amfetamin
Amfetamin  terdiri atas MDMA ( methylene dioxy methamphetamine )dan meh-amfetamin. MDMA atau ekstasi, contohnya ineks berbentuk table atau pil yang diminum. Meth-amfetamin contonya dhabu-shabu, berbentuk Kristal yang menggunakan dengan cara dibakar, meggunakan kertas aluminium foil, atau dibakar menggunakn botol kaca yang dirancang khusus disebut bong. Setelah dibakar, asapnya diispa. Pnyalahgunaan amfetamin dapat menimbulkan gangguan pada jantung, pernapasan, depresi, dan paranoid. Paranoid adlah perasaan tidak aman, terancam, dan curiga yang dapat mengakibatkan timbulnya kekerasan pada diri sendiri atau orang lain. Contoh pasien yang merasa akan ditangkap akan menyerang orang lain yang dianggap sebagai ancaman. Penggunaan amfetami dosis tinggi dapat mengkibatkan kematian. Hal ini disebabkan oleh rangsangan berlebihan pada susuna syaraf pusat.

Dampak penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA
Jenis zat
Akibat
Heroin/putau
Manipulative
Hepatitis C
HIV-AIDS
Overdosis
Ganja
Gangguan persepsi
Sinestesia
Sindrom amotivasional
Penyakit paru-paru
Benzodiazepine
Perkelahian
Tindak kejahatan
Alcohol
Kecelakaan
Indak kejahatan
Gangguan lambung
Penyakit hati
Ekstasi/shabu-shabu
Penyakit jantung
Paranoid
kematian

E.     Dampak penyalahgunaan nafza
1.      Bagi diri sendiri
Penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak dan perkembangan moral pemakainya, intoksikasi (keracunan), overdosis (OD), yang dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan dan perdarahan otak, kekambuhan, gangguan perilaku (mental sosial), gangguan kesehatan, menurunnya nilai-nilai, dan masalah ekonomi dan hukum. Sementara itu, dari segi efek dan dampak yang ditimbulkan pada para pemakai narkoba dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan/jenis: 1) Upper yaitu jenis narkoba yang membuat si pemakai menjadi aktif seperti sabu-sabu, ekstasi dan amfetamin, 2) Downer yang merupakan golongan narkoba yang dapat membuat orang yang memakai jenis narkoba itu jadi tenang dengan sifatnya yang menenangkan/sedatif seperti obat tidur (hipnotik) dan obat anti rasa cemas, dan 3) Halusinogen adalah napza yang beracun karena lebih menonjol sifat racunnya dibandingkan dengan kegunaan medis.
2.      Bagi keluarga
Penyalahgunaan NAPZA dalam keluarga dapat mengakibatkan suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu. Dimana orang tua akan merasa malu karena memilki anak pecandu, merasa bersalah, dan berusaha menutupi perbuatan anak mereka. Stres keluarga meningkat, merasa putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat pemakaian narkoba ataupun melihat anak yang harus berulangkali dirawat atau bahkan menjadi penghuni di rumah tahanan maupun lembaga pemasyarakatan.
3.      Bagi pendidikan atau sekolah
NAPZA akan merusak disiplin dan motivasi yang sangat tinggi untuk proses belajar. Penyalahgunaan NAPZA berhubungan dengan kejahatan dan perilaku asosial lain yang menganggu suasana tertib dan aman, rusaknya barang-barang sekolah dan meningkatnya perkelahian.
4.      Bagi masyarakat, bangsa, dan Negara
Penyalahgunaan NAPZA mengakibatkan terciptanya hubungan pengedar narkoba dengan korbannya sehingga terbentuk pasar gelap perdagangan NAPZA yang sangat sulit diputuskan mata rantainya. Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan dan kesinambungan pembangunan terancam. Akibatnya negara mengalami kerugian karena masyarakatnya tidak produktif, kejahatan meningkat serta sarana dan prasarana yang harus disediakan untuk mengatasi masalah tersebut.
F.     Pengobatan dan pemulihan
Penyalahgunan NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan, pengobatan sampai pemulihan. Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan :
1.      Memberikan informasi an pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
2.      Deteksi dini perubahan perilaku.
3.      Menolak tugas untuk mencoba say no to drug atau katakan tidak pada narkoba.
Terapi pengobatan bagi pasien NAPZA  salah satunya dengan detoktisofikasi. Dektoksifikasi adalah upaya mengurai atau menghentikan gejala putus zat dengan dua cara antara lain :
1.      Detoksifikasi tanpa subsitusi. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
2.      Detoksifikasi dengan substitusi. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Detoksifikasi hanya membantu menghilangkan ketergantugan fisik dan beukan psikologis, sehingga harus dilanjutkan dengan upaya pemulihan.
Pemulihan adalah upaya untuk meningatkan motivasi pasien untuk berhenti, mengontrol keinginan untuk pakai lagi, memperbaiki cara menyelesaikan masalah, dan mengubah hidup menjadi lebih sehat. Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan, mungkin jangka endek atau panjang sesuai dengan kebutuhan pasien. Jangka pendek (mis, 3 bulan) dan jangka panjang (mis, 2 tahun atau seumuran hidup). Terdapat macam-macam bentuk pemulihan, antar lain :
1.      Terapi keagamaan, yaitu terapi yang dilakukan oleh masyarakat dengan pendekatan keagamaan.
2.      Terapi psikososial, misalnya konseling, psikoterapi, terapi kognitif dan perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, dan terapi lingkungan lingkungan. Terapi psikologi ini sudah mulai diberikan sejak pengobatan atau detoksifikasi.
3.      Terapi komunitas, yaitu terapi yang dilakukan oleh sekelompok konselor yang berasal dari pecandu yang sudah berhenti menggunakan putau atau heroin.

G.    Pengkajian dan diagnosa keperawatan
Data yang perlu dikaji adalah :
1.      Pasien menggunakan NAPZA
2.      Jenis NAPZA yang digunakan satu atau lebih
3.      Gejala intoksikasi atau putus zat
4.      Penyebab menggunakan NAPZA
5.      Motivasi berhenti
6.      Usaha berhenti berulang kali
7.      Waktu paling lama tidak menggunakan NAPZA
8.      Pasien mengatakan tidak mampu mengatasi ketergantungannya
Diagnosa keperawatan untuk pasien ini adalah Koping individu tidak efektif : belum mampu mengatasi keinginan menggunakan zat. 

Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien :
1.      Pasien dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat.
2.      Pasien dapat mengenali dampak penggunaan zat.
3.      Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan zat.
4.      Pasien dapat mengontrol keinginan untuk menggunakan zat.
5.      Pasien dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah.
6.      Pasien dapat mengubah gaya hidup.
7.      Pasien dapat menggunakan terapi psikofarmaka secara tepat dan benar.
Tindakan yang dilakukan :
1.      Diskusikan bersama pasien tentang dampak penggunaan zat terhadap
a.       Kesehatan : tanda dan gejala intoksikasi dan penyakit fisik
b.      Sosial atau hubungan dengan orang lain (pergaulan)
c.       Pendidikan atau pekerjaan
d.      Ekonomi atau keuangan
e.       Hukum
2.      Diskusikan kehidupan pasien sebelum menggunakan zat, kemudian harapan pasien untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang setelah pasien mengetahui dampaknya.
3.      Diskusikan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti :
a.       Hal-hal positif yang masih dipunyai pasien (kesehatan / pergaulan / pendidikan /pekerjaan / ekonomi / hukum ), misalnya pasien masih kuat secara fisik , tidak ada komplikasi penyakit akibat penggunaan zat.
b.      Latih pasien untuk mensyukuri keadaan nya tersebut.
1)      Sebutkan lebih sering hal-hal yang patut disyukuri (latihan afirmasi)
2)      Sebutkan berulang-ulang keinginan untuk berhenti (latihan afirmasi)
4.      Diskusikan cara mengontrol keinginan menggunakan zat dengan cara :
a.       Menghindar ( misal : tidak pergi ke tempat-tempat yang ada pengedar , tidak melewati tempat yang mempunyai kenangan saat masih menggunakan zat, tidak bergabung atau bergaul dengan pengguna )
b.      Mengalihkan ( misal : menyibukka diri dengan aktivitas yang padat dan menyenangkan )
c.       Menolak ( misal : mengatakan tidak, walaupun ditawarkan gratis dan tetap mengatakan tidak, walaupun sekali saja )
d.      Latih pasien mengontrol keinginan menggunakan zat :
1)      Menghindar
2)      Mengalihkan
3)      Menolak
5.      Diskusikan cara menyelesaikan masalah yang sehat
a.       Mengenali cara pasien menyelesaikan masalah selama ini, misalnya segera menggunakan zat bila ada masalah.
b.      Untung – rugi penggunaan cara tersebut.
c.       Tawarkan cara yang sehat untuk menyelesaikan masalah.
1)      Secara verbal : jika pasien sering dicurigai dan dituduh menggunakan NAPZA oleh orang tua, pasien mengungkapkan kekecewaannya karena belum dipercaya oleh keluarga. Bicarakan dengan orang tua bahwa sikap tidak memercayai itu dapat menimbulkan kekesalan pada pasien dan dapat menimbulkan sugesti. Katakan hal-hal yang diharapkan terhadap orag lain secara jujur dan terbuka, sepakati dengan orang tua kalau pasien akan mengatakan secara jujur pada keluarga jika pasien ternyata tidak menggunakan NAPZA lagi, dan keluarga akan membantu pasien untuk berobat.
2)      Secara fisik : isi waktu luang untuk diri pasien sendiri dengan jalan-jalan , melakukan aktivitas untuk menyalurkan kekesalan, seperti olahraga , relaksasi atau kegiatan lain yang disukai pasien.
3)      Secara sosial : cari bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah.
4)      Secara spiritual : mengadukan masalah kepada Tuhan dan menyakini bahwa akan ada bantuan dari-Nya.
d.      Latih pasien menggunakan cara tersebut dengan mengenali situasi yang beresiko tinggi, seperti kondisi emosi negatif ( contoh , bertengkar karena dilarang keluar rumah atau dituduh mencuri ), tekanan sosial ( contoh, dipaksa sebagai syarat bergabung dengan kelompok tertentu ), tidak menggunakan zat untuk menyelesaikan masalah,tetapi menggunakan cara yang sehat.
6.      Diskusikan gaya hidup yang sehat
a.       Makan dan buang air secara teratur
b.      Bekerja dan tidur secara teratur
c.       Menjaga kebersihan diri
d.      Latih pasien mengubah gaya hidup
1)      Tentukan aktivitas sehari-hari dan hobi
2)      Buat jadwal aktivitas
3)      Tentukan pelaksanaan jadwal tersebut
7.      Latih pasien minum obat sesuai terapi dokter dan tekankan prinsip benar dosis obat.
Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga :
1.      Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya berhenti menggunakan NAPZA.
2.      Keluarga dapat meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti.
3.      Keluarga dapat menjelaskan cara merawat pasien NAPZA.
4.      Keluarga dapat mengindentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk.
Tindakan keperawatan untuk keluarga :
1.      Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat pasien.
2.      Diskusikan bersama keluarga tentang
a.       Penyalahgunaan / ketergantungan zat ( tanda,gejala,penyebab,akibat )
b.      Tahapan penyembuhan pasien ( pencegahan,pengobatan,dan pemulihan)
3.      Diskusikan kondisi pasien yang perlu segera dirujuk, seperti :
a.       Intoksikasi berat, misalnya penurunan kesadaran, jalan sempoyongan, penglihatan ( pesepsi ) terganggu, kehilangan pengendalian diri, curiga berlebihan, melakukan kekerasan sampai menyerang orang lain.
b.      Gejala putus zat, misalnya nyeri, mual sampai muntah, diare, sulit tidur, gelisah, tangan gemetar, cemas berlebihan, depresi ( murung berkepanjangan ).
4.      Diskusikan dan latih keluarga cara merawat pasien NAPZA.
a.       Anjurkan keluarga meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti atau hindari sikap – sikap yang dapat mendorong pasien menjadi pemakai lagi ( misalnya, menuduh pasien sembarang atau terus menerus mencurigai pasien pakai lagi )
b.      Ajarkan keluarga mengenal ciri-ciri pasien pakai lagi ( misalnya, memaksa minta uang, ketahuan berbohong, ada tanda dan gejala intoksikasi )
c.       Ajarkan keluarga membantu pasien : menghindar atau mengalihkan perhatian dari keinganan untuk pakai lagi.
d.      Anjurkan keluarga memberi pujian bila pasien dapat berhenti walaupun 1 hari, i minggu atau 1 bulan.
e.       Anjurkan keluarga mengawasi pasien minum obat. 





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar